2

Monday, 17 March 2014

Sering Melihat Restoran Cepat Saji dapat Picu Kegemukan

thumbnail
dilansir dari http://food.detik.com

Cara menjauhi makanan tidak sehat, dapat dengan menyingkirkan dari pandangan. Karena menurut penelitian, semakin banyak restoran cepat saji di sekitar rumah atau kantor akan semakin besar kemungkinan terjadinya kegemukan.

Peneliti dari University of Cambridgemenemukan bahwa orang yang paling sering melihat makanan cepat saji memiliki dua kali lipat kecenderungan untuk menjadi gemuk dibanding yang tidak.

Sebenarnya pemikiran ini cukup umum diketahui. Namun menurut Thomas Burgoine, penulis utama studi dan peneliti di Center for Diet and Activity Research Inggris, selama ini pemikiran tersebut hanya berdasarkan firasat.

Dalam penelitian ini dilakukan survei pada hampir 5.500 orang dewasa yang tinggal di Cambridgeshire County, Inggris, tentang kebiasaan makan mereka. Peneliti juga mencari tahu jumlah jaringan restoran cepat saji dan take away di sekitar rumah, rute komuter dan kantor dari partisipan.

Meski hasilnya menemukan keterkaitan antara lingkungan makanan seseorang dengan kemungkinannya untuk menjadi gemuk, penelitian tidak membuktikan hal itu dapat langsung menjadi penyebab kegemukan.

Akan tetapi Burgoine menyampaikan kepada The Salt (14/03/2014), peneliti menganjurkan adanya kebijakan pembatasan jaringan makanan cepat saji di lingkungan rumah. Seperti contohnya sejak tahun 2008 Los Angeles menangguhkan pembukaan gerai makanan cepat saji baru di Los Angeles Selatan. Lingkungan ini mengalami tingkat kemiskinan dan obesitas tinggi.

Menurut Burgoine, jumlah restoran cepat saji di lingkungan perumahan Amerika dan Inggris sudah meroket tajam sejak beberapa tahun ini.
Dalam penelitian ditemukan bahwa rata-rata orang menyantap makanan cepat saji 48% lebih banyak saat berada di tempat kerja daripada di rumah. Burgoine mengatakan, pilihan makan di kantor sangat signifikan pengaruhnya. Burger yang dapat dibeli dengan cepat sangat menarik bagi orang yang perlu bergegas makan karena istirahat siang terbatas.

Penelitian ini menyarankan adanya strategi pemerintah mempromosikan diet sehat melalui pembatasan makanan take away di sekitar tempat kerja agar hasilnya lebih efektif.

Tentu saja akses ke restoran cepat saji hanya salah satu alasan bahwa orang mungkin mencari makanan tidak sehat. Namun para peniliti menemukan bahwa risiko obesitas meningkat dengan kepadatan jaringan cepat saji, meski sudah mengendalikan faktor demografis seperti umur, pendapatan, pendidikan dan jumlah kalori yang dibakar melalui aktivitas fisik partisipan.

Penelitian ini tidak menunjukkan apakah membatasi jumlah restoran di lingkungan dapat mempengaruhi risiko obesitas dalam jangka panjang dan apakah ketersediaan pilihan sehat berperan penting.

“Mengubah lingkungan makanan, meski dengan bukti seperti ini, tidak menjadi jawaban dengan sendirinya. Tapi ini dapat menjadi salah satu bagian dari solusi yang lebih luas,” tutur Burgoine.

No comments:

Post a Comment